RADAR24.co.id — Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan kebudayaan (Kadisdikbud) Aceh Timur, Bustami membantah tudingan dirinya menggunakan jabatannya untuk kepentingan pribadi. Menurutnya apa yang dilakukan olehnya adalah dalam rangka mendisiplinkan pegawai baik itu yang ada di lingkungan dan guru-guru.

“Tuduhan itu jelas tidak benar, Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pendidikan di Aceh” ujarnya kepada Radar24, Rabu (30/7/25).

Terkait mutasi seorang ASN ke Kecamatan Sungai Raya, Bustami mengatakan sebagai hal lumrah yang dilakukan di manapun.

“itu untuk menjawab kebutuhan organisasi, pergantian pejabat dari jabatan A ke jabatan B,  pergantian pimpinan dari Bupati A ke Bupati B, adalah hal biasa, itu bukan kediktatoran ” ungkapnya.

” Kalau jabatan hanya dari awal sampai akhir hanya diisi orang-orang itu aja kan bagaimana itu, makanya ada pergantian setiap tahunnya, jadi pergantian tersebut hal biasa yang dilakukan untuk mendisiplinkan pegawai negeri” pungkasnya.

 

Sebelumnya, Bustami, Pelaksana Tugas (Plt) Kadisdikbud Aceh Timur, dituding menjalankan kekuasaan bak diktator: satu arah, satu suara, tanpa ruang untuk kritik.

Bustami dituduh menjadikan jabatannya sebagai alat kekuasaan pribadi, bukan untuk pelayanan publik. Salah satu bukti nyata adalah kasus mutasi sepihak terhadap ASN berinisial MW, yang dikenal vokal dan aktif.

MW yang mempertanyakan keberadaan seorang pegawai yang mangkir selama hampir dua tahun. Alih-alih didukung untuk menegakkan disiplin, MW justru dimutasi ke Kecamatan Sungai Raya. Sementara itu, pegawai ‘hantu’ tersebut tetap bertahan di posisinya tanpa sanksi. Sumber internal menyebut pegawai tersebut adalah ‘orang dalam’ Bustami, menimbulkan dugaan nepotisme terang-terangan. Disdikbud kini bagaikan panggung kuasa, tempat kesetiaan dihargai dan kejujuran dibuang.

“Ini pembusukan dari dalam. Berani bersuara, langsung dicap musuh,” ujar seorang ASN senior yang meminta identitasnya dirahasiakan, mencerminkan iklim ketakutan di lingkungan Disdikbud.

 

AJ