RADAR24.co.id — Universitas Muhammadiyah Lampung (UML) melalui Dr. Sulastri, bekerja sama dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Kabupaten Lampung Timur, sukses menyelenggarakan kegiatan Trauma Recovery Program: Pendampingan Psikoterapi Positif Berbasis Komunitas untuk Korban Kekerasan di Lampung.

Acara yang dikemas dalam bentuk seminar dan training ini berlangsung selama dua hari, Sabtu–Minggu, 9–10 Agustus 2025, bertempat di Aula Bappeda Lampung Timur. Kegiatan ini dihadiri oleh para pendamping korban kekerasan, penyintas, perwakilan komunitas, dan pihak terkait yang memiliki kepedulian terhadap isu perlindungan perempuan dan anak.

Dalam sambutannya, Dr. Sulastri menyampaikan bahwa program ini bertujuan memberikan dukungan moral dan spiritual kepada korban kekerasan, sekaligus membekali pendamping dengan pendekatan psikoterapi positif yang efektif dan mudah diaplikasikan di lingkungan komunitas. “Kita ingin para korban kembali bangkit, memiliki kekuatan batin, dan menjalani hidup dengan pikiran positif (positive thinking), perasaan positif (positive feeling), serta motivasi positif (positive motivation),” ujar Dr. Sulastri, Minggu 10 Agustus 2025.

Pendekatan magnet rezeki yang disampaikan dalam pelatihan ini mengintegrasikan nilai-nilai ketuhanan dan ajaran Al-Qur’an, sehingga para peserta dapat memaknai pengalaman hidupnya sebagai proses pembelajaran dan penguatan diri. Materi disampaikan secara sederhana dan interaktif agar mudah dipahami dan diimplementasikan, baik oleh korban maupun pendamping.

Kepala Dinas P3AP2KB Lampung Timur, Titin Wahyuni, yang turut hadir dalam acara ini mengapresiasi inisiatif Universitas Muhammadiyah Lampung dalam memberikan kontribusi nyata bagi pemulihan korban kekerasan. “Kegiatan seperti ini sangat penting karena tidak hanya fokus pada penanganan kasus, tetapi juga memulihkan mental dan spiritual korban sehingga mereka dapat kembali berdaya,” ujarnya.

Para peserta menyampaikan antusiasme dan rasa terima kasih atas kesempatan belajar dan berbagi dalam suasana yang penuh empati dan dukungan. Harapannya, program ini dapat menjadi model pendampingan berbasis komunitas yang berkelanjutan, sehingga semakin banyak korban kekerasan yang pulih dan dapat menata masa depan dengan penuh keyakinan dan semangat baru.