RADAR24.co.id — Israel telah memulai tahap pertama serangan militer besar-besaran ke Gaza City pada 20–21 Agustus 2025. Serangan ini ditandai dengan pemboman intensif dari udara dan pergerakan pasukan darat di pinggiran kota.
Juru bicara militer Israel, Brigadir Jenderal Effie Defrin, dalam pernyataan kepada Reuters menyebut operasi tersebut sebagai bagian dari rencana jangka panjang untuk merebut penuh Gaza City. Militer Israel juga telah memobilisasi puluhan ribu pasukan cadangan guna memperkuat operasi.
Sementara itu, Al Jazeera melaporkan bahwa sedikitnya 81 orang tewas akibat rentetan serangan udara Israel pada hari pertama ofensif, termasuk korban sipil yang sebelumnya sudah terancam kelaparan akibat blokade berkepanjangan.
Situasi kemanusiaan kian memburuk. Organisasi internasional memperingatkan bahwa suplai makanan, air, dan obat-obatan di Gaza semakin menipis. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mendesak segera dilakukan gencatan senjata, memperingatkan bahwa serangan ke Gaza City berpotensi menimbulkan korban sipil dalam jumlah sangat besar.
BBC dalam laporannya menekankan bahwa serangan Israel kali ini merupakan eskalasi paling besar sejak operasi sebelumnya di Shuja’iyya pada April lalu. Gaza City, sebagai pusat politik dan ekonomi di wilayah itu, dianggap menjadi target strategis Israel.
Hingga kini, pertempuran masih berlangsung di sejumlah titik di pinggiran kota. Israel mengklaim berhasil menekan perlawanan kelompok bersenjata Palestina, namun laporan lapangan menyebutkan baku tembak sengit terjadi di beberapa distrik.
Kecaman internasional terus berdatangan. Sejumlah negara menyerukan agar Israel menahan diri, sementara kelompok kemanusiaan menegaskan bahwa warga sipil Palestina berada dalam situasi “tak punya tempat berlindung lagi” di tengah serangan yang makin meluas.