RADAR24.co.id — Senior Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Syaifullah Tamliha, menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki andil besar dalam keterpurukan PPP yang akhirnya gagal lolos ke DPR pada Pemilu 2024. Hal ini ia ungkapkan dalam tayangan podcast Faisal Akbar Uncensord pada 15 September 2025.
Menurut Syaifullah, awalnya Jokowi mendorong PPP untuk mendukung Ganjar Pranowo. Suharso Monoarfa, kala itu Ketua Umum PPP, bahkan ditugaskan secara khusus menemui Ganjar di Bali. Namun arah politik berubah ketika Jokowi justru merapat ke Prabowo Subianto.
“PPP sudah terlanjur deklarasi Ganjar melalui Pak Mardiono, sementara Jokowi kemudian mengalihkan dukungan ke Prabowo. Partai jadi terjebak, tidak bisa manuver cepat seperti yang dilakukan partai lain,” ujar Syaifullah.
Ia menegaskan, perubahan sikap Jokowi tersebut berimbas langsung pada perpecahan internal PPP. Elite partai terpecah dalam beberapa poros: Romahurmuziy, Arsul Sani, Suharso, dan Mardiono. Namun konflik internal itu, kata Syaifullah, semakin diperparah karena adanya “campur tangan kekuasaan”.
“Alih-alih memperkuat konsolidasi, Jokowi justru ikut merusak PPP. Energi habis untuk konflik, sementara kepentingan politik Jokowi tercapai dengan memenangkan Prabowo,” tegasnya.
PPP sendiri hanya meraih 3,87 persen suara atau sekitar 5,8 juta suara pada Pemilu 2024, sehingga gagal menembus ambang batas parlemen. Untuk pertama kalinya sejak berdiri pada 1973, partai berlambang Ka’bah itu tidak memiliki kursi di DPR RI.
Syaifullah menilai, situasi ini menjadi bukti bahwa PPP kini menjadi korban dari permainan politik kekuasaan. “PPP yang dulu lahir sebagai partai umat Islam, kini justru dimanfaatkan dan kemudian ditinggalkan. Jokowi ikut bertanggung jawab atas rusaknya PPP,” katanya menutup pernyataan.