RADAR24.co.id — Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) Provinsi Lampung, Edi Arsadad S.H, mengingatkan bahwa mahasiswa masih menjadi penjaga gawang demokrasi.

Hal itu disampaikannya saat memberikan paparan dalam seminar yang diikuti oleh mahasiswa Institut Bakti Nusantara (IBN) Lampung, di kampus IBN Jalan Pramuka, Desa Labuhan Ratu Dua, Kecamatan Way Jepara, Lampung Timur.

Pengiat dan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) menjadi pemateri tunggal pada seminar bertema “Gerakan Mahasiswa dan Politik Pembungkaman” yang digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) IBN Lampung Timur.

Dalam paparannya, Edi Arsadad menegaskan bahwa mahasiswa tetap menjadi benteng terakhir demokrasi Indonesia. Namun, pola pembungkaman terhadap suara kritis mahasiswa terus berevolusi dari era ke era.

“Pembungkaman kini tidak lagi hanya dengan kekerasan fisik, tapi juga lewat kriminalisasi, UU ITE, doxing, dan tekanan birokrasi kampus,” ujarnya.

Berdasarkan data Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) periode 2020–2024, lebih dari 1.200 orang dikriminalisasi karena menyuarakan kritik. Khusus tahun 2024–2025 (hingga November), lebih dari 150 mahasiswa terjerat UU ITE, dan 80 persen kasus ujaran kebencian justru menimpa pengkritik penguasa.

Edi Arsadad memberikan sejumlah strategi agar gerakan mahasiswa tetap hidup dan efektif yakni dengan menghidupkan kembali kultur diskusi dan baca buku di kampus, Kuasai dan isi ruang-ruang advokasi di media sosial secara cerdas, Bangun aliansi strategis dengan LBH, jurnalis independen, buruh, petani, nelayan, dan masyarakat adat, Perkuat jaringan antar-kampus lintas provinsi

“Pondasi perjuangan mahasiswa itu lima independensi (tidak boleh jadi kepanjangan tangan partai atau oligarki), intelektualitas (selalu berbasis data dan analisis mendalam), moralitas (jujur, bersih, konsisten), kolektivitas (bukan gerakan personal atau heroik), serta keberlanjutan melalui kaderisasi yang terencana,” tegas Edi disambut tepuk tangan meriah peserta.

Kegiatan berlangsung hingga siang hari dan ditutup dengan sesi tanya jawab yang sangat hidup. Para mahasiswa tampak antusias dan berjanji akan meneruskan semangat perjuangan yang independen dan berintegritas.

“Seminar ini menjadi alarm bagi kami. Kami tidak boleh diam melihat demokrasi terus terkikis,” ujar Koordinator BEM FEB IBN, M. Adam Mauladani, usai acara.