RADAR24.co.id – Ruangan di Hotel Emersia Bandar Lampung mendadak hening pada Minggu pagi, 7 Desember 2025. Puluhan siswa SMA, SMK, dan MA se-Kota Bandar Lampung yang awalnya berisik, tiba-tiba terdiam ketika H. Tony Eka Candra, Ketua DPD GRANAT Provinsi Lampung, membuka kata sambutannya dengan kalimat yang langsung menusuk:

“Saya bukan datang untuk mengajari kalian takut pada narkoba. Saya datang untuk mengajak kalian sadar bahwa kalian terlalu berharga untuk jadi korban.”

Dalam Pelatihan Penyuluh Remaja Sebaya Anti Narkoba yang digelar GRANAT Kota Bandar Lampung pada 7–9 Desember 2025, Pak Tony—begitu ia biasa disapa—tak menggunakan slide angka atau grafik mengerikan. Ia hanya bercerita, dengan suara bergetar dan air mata yang tak bisa dibendung.

Ia menceritakan kisah nyata seorang siswa kelas 3 SMA di Lampung yang dulu berprestasi. “Cuma iseng coba sabu sekali di ulang tahun teman,” ujar Pak Tony. Enam bulan kemudian, berat badannya tinggal 38 kg. Sang ibu menangis histeris di kantor GRANAT, sementara anak itu memohon dengan suara tersendat: “Pak, tolong selamatkan saya… saya nggak mau mati dulu, saya masih mau lihat ibu saya bahagia…”

Saat menceritakan itu, air mata Pak Tony jatuh. “Kata-katanya selanjutnya membuat seluruh peserta terpaku:

“Kalian tahu bedanya kalian sama dia? Bukan karena kalian lebih pintar atau lebih kuat. Bedanya cuma satu: kalian masih punya kesempatan untuk memilih HARI INI.”

Pak Tony menegaskan, narkoba itu “one way ticket”. “Sekali mencoba, sulit kembali,” tegasnya. Ia juga mengibaratkan narkoba seperti “tangga ke surga yang terbuat dari tulang belulang teman-teman kalian yang sudah jatuh lebih dulu.”

Mantan pecandu yang kini menjadi relawan GRANAT itu juga memberikan “senjata” bagi para remaja: “Kalau suatu saat kalian ditawari dan takut menolak, cukup bilang: ‘Maaf, saya janji sama Pak Tony GRANAT nggak boleh’. Kami akan jemput kalian. Kalian tidak pernah sendiri.”

Di akhir sesi, Pak Tony menutup dengan kalimat yang langsung membakar semangat:

“Dunia ini tidak butuh remaja yang hanya pintar dan sukses. Dunia ini butuh remaja yang berani menyelamatkan temannya dari kematian berjalan bernama narkoba. Kalian bukan generasi strawberi. Kalian generasi pejuang.”

Spontan seluruh peserta berdiri. Tepuk tangan menggelegar, disertai teriakan dan janji satu sama lain: “Kita lawan bareng!”

Pelatihan tiga hari itu akhirnya melahirkan puluhan Penyuluh Remaja Sebaya Anti Narkoba Kota Bandar Lampung yang baru—generasi muda yang pulang bukan hanya dengan sertifikat, tapi dengan tekad baja untuk melindungi teman, keluarga, dan masa depan Indonesia dari bahaya narkoba.

Pak Tony menutup dengan pesan sederhana namun menggetarkan:
“Jaringan narkoba memang kuat. Tapi cinta kami pada teman, keluarga, dan Indonesia, jauh lebih kuat.”

Salam perang terhadap narkoba.
Salam generasi sadar.