RADAR24.co.id – Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menanggapi kasus keracunan massal yang dialami sejumlah siswa penerima program Makan Bergizi Gratis (MBG) di berbagai daerah. Zulhas menegaskan bahwa insiden tersebut bukan disebabkan kesalahan pengolahan makanan, melainkan faktor ketidakterbiasaan tubuh siswa terhadap bahan tertentu dalam menu.

 

“Bukan berarti salah masak, kan. Tapi anak-anak ini ada yang belum terbiasa. Misalnya, ada yang alergi atau pencernaannya belum cocok dengan menu tertentu,” ujar Zulhas, (21–22/8/2025).

 

Sebagai perbandingan, Zulhas menceritakan pengalamannya semasa kecil. “Kalau saya dulu dikasih susu, saya mencret. Jadi minumnya air beras kan. Itu artinya tubuh belum terbiasa,” katanya.

 

Menurutnya, pengawasan terhadap MBG berjalan ketat, mulai dari bahan baku, proses pencucian, hingga penyajian. Program ini juga melibatkan ahli gizi, BPOM, serta pemerintah daerah. Karena itu, ia menilai kemungkinan besar kasus keracunan dipicu faktor individual, bukan kesalahan sistem.

 

“Ke depan, sekolah harus melakukan pendataan alergi atau ketidakterbiasaan makanan pada siswa. Dengan begitu, bisa diantisipasi sejak awal,” tambahnya.

 

Sejumlah kasus keracunan memang tercatat di beberapa daerah, antara lain Kulon Progo (497 siswa), Kupang (200 siswa), dan Sleman (90 siswa), yang mengalami gejala mual dan diare usai mengonsumsi menu MBG.

 

Meski pemerintah sudah memberikan klarifikasi, pernyataan Zulhas tetap menuai kritik publik. Sejumlah pihak menilai pernyataan tersebut kurang sensitif, bahkan dianggap meremehkan persoalan serius terkait keamanan pangan bagi siswa.