RADAR24.co.id — Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melancarkan kritik keras terhadap Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyusul rencana kedua negara tersebut mengakui Palestina sebagai negara.

Dalam surat pribadinya kepada Macron, Netanyahu menuduh langkah pengakuan Palestina akan memperburuk kebencian terhadap Yahudi di Prancis. Ia menulis bahwa seruan Macron hanyalah bentuk “appeasement” dan “menyiram bensin ke api antisemitisme.” Netanyahu bahkan memberi batas waktu hingga perayaan Rosh Hashanah pada 23 September agar Prancis “mengganti kelemahan dengan ketegasan.”

 

Sementara itu, dalam pernyataan publik yang ditujukan kepada Anthony Albanese, Netanyahu menyebut PM Australia sebagai “politisi lemah yang mengkhianati Israel dan meninggalkan komunitas Yahudi Australia.” Komentar pedas ini muncul setelah Canberra resmi mendukung pengakuan negara Palestina serta membatalkan visa tokoh sayap kanan Israel, Simcha Rothman. Israel kemudian membalas dengan mencabut visa diplomat Australia yang bertugas di wilayah Otoritas Palestina.

 

Pemerintah Prancis segera membalas tuduhan Netanyahu dengan menyebut surat tersebut “keliru dan tidak pantas.” Elysee menegaskan bahwa Prancis selama ini melindungi komunitas Yahudi dan tidak memerlukan “pelajaran” dari pihak luar mengenai antisemitisme. Menteri Luar Negeri Prancis juga mengingatkan agar isu kebencian terhadap Yahudi tidak dijadikan alat politik.

 

Di Australia, tanggapan datang dari Menteri Dalam Negeri Tony Burke yang menyindir balik Netanyahu dengan menyatakan bahwa “kekuatan sejati tidak diukur dari kemampuan melakukan kekerasan, tetapi dari integritas dan nilai-nilai yang dipegang.” Sejumlah kelompok Yahudi di Australia turut menyerukan agar kedua negara menurunkan ketegangan demi menjaga hubungan bilateral.

 

Konfrontasi diplomatik ini memperlihatkan semakin tajamnya ketegangan Israel dengan negara-negara Barat yang mulai menggeser posisi mereka ke arah pengakuan resmi Palestina.