Oleh: Ma’ruf Abidin

Menjelang laga kandang Bhayangkara FC melawan Persebaya sore ini di Stadion PKOR Way Halim, Bandar Lampung, klub yang kini bermarkas di Lampung ini masih dibayangi masalah klasik: sepinya dukungan suporter di tribun.

Ketika Bhayangkara FC resmi memindahkan home base ke Lampung pada 2023, harapan langsung menguat. Muncul kelompok suporter resmi bernama Elbara — yang digadang-gadang sebagai “anak kandung” klub. Sayangnya, hingga pertengahan musim 2025 ini, kehadiran Elbara di stadion nyaris tak terlihat. Tidak ada nyanyian khas, koreografi, atau gelombang massa seperti Bobotoh (Persib), Bonek (Persebaya), atau suporter besar lainnya. Elbara seolah mati suri.

 

Di tengah kekosongan itu, justru muncul Sikambara — kelompok suporter independen yang sejatinya mendukung semua klub di Lampung, tapi kini menjadi “nyawa” di tribun setiap Bhayangkara FC bertanding kandang. Meski jumlahnya masih terbatas, dedikasi Sikambara jauh lebih terasa ketimbang Elbara yang pernah dielu-elukan.

Sebagai warga Lampung yang mencintai sepak bola tanah air, saya prihatin sekaligus berharap situasi ini segera berubah. Membuat stadion PKOR Way Halim bergemuruh bukan hal mustahil, asalkan ada kemauan serius dari manajemen. Berikut beberapa langkah konkret yang bisa segera dilakukan:

1. Ubah Paradigma Manajemen: Turun ke Bawah, Bukan Hanya Duduk di Singgasana

Manajemen harus aktif mendengar aspirasi masyarakat Lampung. Lakukan roadshow ke kampus-kampus, SMA/SMK, kantor-kantor pemerintah, dan komunitas pemuda. Pasang baliho besar di titik-titik strategis. Yang paling mendasar: informasi jadwal kandang harus mudah diakses — bukan malah sulit dicari seperti selama ini.

2. Atur Ulang Jadwal Pertandingan  

Selama ini laga kandang Bhayangkara FC sering digelar di hari kerja atau Jumat sore — saat mayoritas warga masih bekerja atau sekolah. Usulkan ke operator liga agar laga kandang diprioritaskan pada Sabtu/Minggu malam. Penonton potensial akan berlipat.

3. Hadirkankan Pemain sebagai Ikon di Tengah Masyarakat

Bawa pemain ke acara-acara masyarakat: festival kampus, turnamen tarkam, kegiatan keagamaan, atau bahkan pasar malam. Biarkan anak-anak Lampung berfoto dan berjabat tangan dengan pemain idola. Chemistry akan terbangun dengan sendirinya.

4. Berikan Harga Tiket Khusus untuk Pelajar & Mahasiswa

Segmen pelajar-mahasiswa adalah calon suporter paling fanatik dan vokal. Berikan tiket diskon besar-besaran (bahkan gratis untuk rombongan tertentu). Satu tribune penuh anak muda sudah cukup membuat atmosfer berbeda.

Sikambara telah membuktikan bahwa dukungan tulus masih ada di Lampung. Mereka terus berdiskusi, mengajak, dan hadir meski tanpa “label resmi”. Manajemen perlu membuka mata: Elbara yang dulu dimobilisasi secara instans mungkin sudah kehilangan roh, sedangkan Sikambara tumbuh organik dari cinta sepak bola lokal. Rangkul mereka, libatkan mereka, beri ruang — bukan malah memandang sebelah mata.

Sepak bola hidup karena suporter. Lampung punya potensi besar untuk menjadi “rumah kedua” Bhayangkara FC yang sesungguhnya. Tinggal satu pertanyaan: mau berbenah atau terus membiarkan tribun kosong?

Semoga sore ini Bhayangkara FC tidak hanya meraih 3 poin, tapi juga mulai menumbuhkan kembali akar suporter sejati di Bumi Ruwa Jurai.

Forza Bhayangkara! 

Mari ramaikan PKOR Way Halim!