RADAR24.co id — Warga dari tiga kampung di Kutai Barat, yaitu Kelian Dalam, Kelian Luar, dan Linggang Tutung, menentang keras narasi yang disebut sebagai agenda tersembunyi kelompok Alsiyus dan rekan-rekannya. Mereka menilai opini yang dilontarkan kelompok tersebut tidak hanya memutarbalikkan fakta, tetapi juga berpotensi memicu keresahan sosial.

 

Tokoh masyarakat Kutai Barat, Kaderudin, menyatakan keprihatinannya atas situasi ini dan mengajak publik untuk tidak terprovokasi oleh narasi tak berdasar.

“Kami mencium motif tersembunyi di balik kampanye lingkungan yang mereka gaungkan. Isu lingkungan jangan dijadikan alat untuk memecah belah warga atau menyudutkan aparat, terutama kepolisian dan APH lainnya. Kutai Barat butuh kedamaian, bukan konflik buatan,” tegasnya.

 

Warga Bantah Tudingan Kerusakan Lingkungan

 

Sarmansyah, warga Linggang Tutung, menyayangkan narasi negatif yang menyebut aktivitas tambang emas tradisional, yang telah berlangsung sejak 1960-an, sebagai perusak lingkungan.

“Kegiatan tambang kami manual, di lahan milik sendiri, bukan di hutan lindung. Tuduhan kerusakan lingkungan dan konflik adalah fitnah. Kami minta opini dibangun secara objektif dan rasional,” ujarnya.

 

Senada, Udin dari Kelian Dalam membantah tudingan adanya puluhan alat berat dan keterlibatan cukong luar daerah.

“Mereka mengaku peduli lingkungan, tapi menyebar data palsu. Tuduhan 60 alat berat itu fitnah keji. Alat yang ada milik warga lokal, digunakan seperlunya, dan sebagian besar kegiatan masih manual,” tegasnya geram.

 

Narasi Dinilai Tendensius dan Sarat Kepentingan

 

Kaderudin menilai narasi kelompok Alsiyus sarat kepentingan pribadi dan hanya menjadikan isu lingkungan sebagai kedok provokasi.

“Jika benar peduli lingkungan, mana datanya? Mana kontribusinya? Mereka hanya mengkritik tanpa solusi, menjadikan rakyat sebagai tameng,” katanya. Ia menegaskan pentingnya membangun opini berdasarkan fakta, bukan tuduhan kosong.

 

Warga Dukung Pemerintah, Tolak Provokasi

 

Warga tiga kampung menyatakan dukungan kepada pemerintah daerah, khususnya Bupati Kutai Barat, Fredrick Edwin, yang baru menjabat lebih dari 100 hari. Rusdi dari Kelian Luar meminta masyarakat memberi waktu kepada pemerintah untuk bekerja tanpa tekanan dari kelompok yang tidak mewakili aspirasi rakyat.

“Itu bukan kritik, tapi sabotase. Tambang emas adalah mata pencaharian kami untuk hidup layak. Jangan semua disalahkan,” ungkapnya dengan nada kecewa.

Warga juga menegaskan bahwa tambang emas tradisional telah menjadi bagian dari identitas dan sejarah mereka selama puluhan tahun.

 

Seruan Warga: Hentikan Fitnah, Tegakkan Kebenaran

 

Masyarakat dan tokoh adat dari Kelian Dalam, Kelian Luar, dan Linggang Tutung menegaskan bahwa mereka bukan sekadar objek pemberitaan, melainkan manusia dengan martabat dan hak untuk menyampaikan kebenaran. Mereka mendesak pihak berwenang untuk memverifikasi fakta di lapangan dan tidak terpengaruh opini sepihak.

Pesan mereka jelas: hentikan provokasi, lawan fitnah, dan tegakkan keadilan informasi. Narasi yang sehat harus dibangun di atas fakta, bukan kepentingan tersembunyi.

 

 

AR