RADAR24.co.id — Tanggapi sekelompok orang mengaku telah membentuk kepengurusan Ikatan Wartawan Online (IWO) tandingan ditingkat Provinsi maupun dibeberapa Kabupaten, Ketua IWO Lampung, Edi Arsadad berseloroh IWO Memang seksi layaknya perempuan yang sedang mekar, jadi banyak yang mengincar.
“Saya berfikir positif saja, IWO inikan makin hari makin bersinar. Jadi wajar banyak yang pengen duduk di situ” Ujarnya.
Menurut Edi yang mengincar IWO bahkan bukan orang sembarangan,
Baca juga: Ketua IWO Lampung Edi Arsadad Lantik PD IWO Pesisir Barat Periode 2024-2029
“Saya baca ada mantan ketua PWI, mantan anggota DPR dan macam macam lah, inikan artinya IWO bukan organisasi yang ecek ecek” Selorohnya saat ditemui disela sela rapat koordinasi (Rakor) jelang pelaksanaan UKW-IWO ke 2 tahun 2024, di Sribhawono Lampung Timur, 15/11/24.
Namun, Edi menegaskan bahwa IWO se-nusantara tetap satu komando dibawah pimpinan ketua umum Dwi Christanto.
Saat ini pengurus IWO pusat dan Provinsi Lampung, tengah mempersiapkan kegiatan-kegiatan yang bersifat positif baik untuk organisasi maupun umum.
Baca juga: Dang Ike Taruh Harapan Kemajuan Tanah Lado Kepada Jurnalis
“Kami terus berupaya meningkatkan SDM dikalangan Wartawan, dengan menggelar UKW tahap 2 tahun ini, jadi orang-orang seperti itu yang hendak merusak keharmonisan organisasi abaikan saja” kata Edi.
Edi mengungkap, untuk bergabung di IWO tidaklah mudah, seorang wartawan yang akan bergabung melalui verifikasi yang ketat, sampai dengan akan diterbitkannya SK dari Pusat.
Kata Edi, setelah menjadi pengurus IWO, anggota tidak diperbolehkan menjadi pengurus partai politik atau menjadi pengurus organisasi wartawan lainnya.
“Wartawan yang akan bergabung di IWO, adalah benar-benar seorang wartawan. Terdaftar di media, benar-benar menulis, dan taat akan kode etik jurnalistik maupun anggaran dasar anggaran rumah tangga yang ada di organisasi” ungkapnya.
Baca juga: IWO Lampung Timur Gelar Bakti Sosial di Kampung Nelayan
“Kami tidak menerima, wartawan abal-abal, apalagi preman ngaku wartawan, ujung ujungnya jadi makelar kasus. Ini yang merusak profesi wartawan ” pungkasnya.
Hasan