RADAR24.co.id — Pengurus Ikatan Wartawan Online (IWO) Bogor Raya yang membawahi wilayah Kabupaten dan Kota, menggelar audiensi dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Kabupaten Bogor.

 

Pertemuan tersebut berlangsung di kantor Disbudpar dan dihadiri langsung oleh Plt. Sekretaris Dinas Pariwisata, Titi Sugiarti, ST, serta jajaran, pada Rabu, 18 Desember 2024.

 

Ketua IWO Bogor Raya, Didin, yang kerap disapa Kang Brodin menyampaikan apresiasinya atas langkah konkret yang dilakukan Disbudpar.

 

Ia menilai, sinergi antara pemerintah daerah dan masyarakat sangat penting untuk memastikan kemajuan pariwisata dan pelestarian kebudayaan di Kabupaten Bogor.

 

“Kami siap mendukung upaya Disbudpar, terutama dalam mempromosikan program-program unggulan melalui pemberitaan yang positif dan konstruktif,” ujar Brodin usai Audensi.

 

Brodin menyebutkan, dengan berbagai program strategis yang tengah dijalankan, Disbudpar Kabupaten Bogor optimistis mampu menjaga keseimbangan antara pengembangan pariwisata dan pelestarian kebudayaan.

 

“Kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk media, menjadi kunci keberhasilan dalam mewujudkan visi menjadikan Kabupaten Bogor sebagai destinasi unggulan yang berdaya saing tinggi dan tetap melestarikan identitas budaya lokal,” katanya.

 

Audiensi ini, lanjut Brodin, awak media IWO Bogor Raya dengan Disbudpar Kabupaten Bogor menjadi momentum penting untuk memperkuat sinergi antara pemerintah, media, dan masyarakat.

 

“Dengan fokus pada standarisasi, digitalisasi, dan pelestarian budaya, Disbudpar optimis dapat membawa dampak positif bagi perekonomian. Sekaligus juga melestarikan warisan budaya yang menjadi kebanggaan Kabupaten Bogor,” ujarnya.

 

Dalam kesempatan tersebut, Brodin juga mengapresiasi berbagai langkah strategis yang dilakukan oleh Disbudpar untuk mengembangkan pariwisata dan melestarikan kebudayaan di Kabupaten Bogor.

 

Sementara itu, Plt Sekertaris Dinas (Sekdis) Disbudpar, Titi Suhartini, ST menjelaskan bahwa pihaknya memiliki tanggung jawab besar, baik dalam mengelola pariwisata, kebudayaan, dan pelestarian sumber daya manusia (SDM) di sektor pariwisata.

 

Tahun ini, Disbudpar fokus pada standarisasi sektor perhotelan, restoran, dan kafe (HK, F&B). Selain itu, mereka mulai memperkenalkan konsep digital marketing untuk membantu desa-desa wisata memasarkan potensi lokalnya.

 

“Kami mulai fokus pada standarisasi HK, F&B, dan memperkenalkan digital marketing sebagai alat promosi pariwisata desa. Ini untuk meningkatkan daya saing sektor wisata di era digital,” jelas Titi Sugiarti.

 

Titi menambahkan, pengelolaan destinasi wisata di Kabupaten Bogor melibatkan berbagai pihak. Beberapa destinasi, seperti Goa Gudawang, berada di bawah kewenangan Kementerian Pariwisata, sedangkan destinasi lain dikelola oleh Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KEMHUT).

 

“Untuk menjaga kualitas pengelolaan, Disbudpar rutin melakukan monitoring dan pembinaan langsung kepada para pengelola destinasi wisata,” katanya.

 

*Pelestarian Kebudayaan: Cagar Budaya dan Kesenian Tradisional*

 

Kepala Tim Bidang Budaya pada Disbudpar Kabupatej Bogor, Indi mengaku berkomitmen untuk melestarikan kebudayaan lokal. Kabupaten Bogor diakuinya memiliki 43 cagar budaya, dengan 35 di antaranya dijaga oleh juru pelihara.

 

“Meski saat ini bantuan yang diberikan baru sebatas honor dan peralatan kebersihan, upaya ini menjadi langkah penting untuk menjaga warisan sejarah,” ucap Indi.

 

Selain itu, kata Indi, kesenian tradisional seperti Angklung Gubrak dan Silat Cimande menjadi simbol budaya yang terus dilestarikan.

 

“Bogor punya dua kesenian tradisional ini, dan kami harus menjaga agar terus dikenal oleh generasi muda,” imbuh Indi.

 

*Sinergi Kebudayaan, Ekonomi Kreatif, dan Budaya*

 

Bidang Prolap Disbupdar, Doni juga menyampaikakan, bahwa dalam kerangka yang lebih luas, Disbudpar memiliki delapan program kegiatan yang mencakup pelestarian tradisi, upacara adat, pembinaan seni budaya, hingga bantuan alat seni.

 

Selain itu, pelestarian cagar budaya dilakukan dengan melibatkan tim ahli untuk kajian, sertifikasi, dan penelitian benda-benda bersejarah.

 

“Program ini tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga memberdayakan masyarakat agar mereka menjadi bagian dari pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif,” jelasnya.

 

 

Red

Reporter: Redaksi