RADAR24.co.id — Majelis Nur Wasilah di Desa Sepaso Barat, Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, menggelar peringatan 100 hari wafatnya Al Alamah Al-Arif Billah KH. Mahmud Hasil bin Muhammad Hasil. Ulama besar ini wafat pada Rabu, 19 Februari 2024, dan dimakamkan di Majelis Taklim “Ubudiyah” di samping kediamannya di Jalan Jati, Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Minggu (8/6/25)

KH. Mahmud Hasil, yang dikenal sebagai ulama produktif dalam menulis kitab, wafat di usia sekitar 78 tahun. Beliau lahir pada 14 April 1946 di Desa Teluk Tiram, Banjarmasin. Ayahnya, Muhammad Hasil, berprofesi sebagai tukang cukur.

Sejak kecil, Guru Mahmud belajar agama dari Muallim Syukur Teluk Tiram (KH. Abdussyukur), mulai dari mengenal huruf hingga mempelajari kitab kuning. Saat cukup umur, beliau melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam, Martapura, selama 10 tahun. Di sana, beliau belajar di bawah bimbingan dua ulama besar, Tuan Guru H. Muhammad Sya’rani Arif dan Tuan Guru H. Salim Ma’ruf.

Selama di Martapura, Guru Mahmud aktif menghadiri majelis taklim dan memperoleh sanad ijazah dari berbagai ulama ternama, seperti Tuan Guru H. Anang Sya’rani (ilmu hadits), Tuan Guru H. Husin Dahlan, Tuan Guru H. Seman Mulia, serta Tuan Guru H. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Abah Guru Sekumpul). Namun, beliau menyebut Muallim Syukur Teluk Tiram sebagai guru utamanya.

 

Pada 1973, Guru Mahmud lulus dari Pesantren Darussalam dan memperdalam ilmu tasawuf, khususnya ilmu hakikat, bersama Muallim Syukur. Setelah wafatnya Muallim Syukur, beliau melanjutkan pencarian ilmu kepada Tuan Guru Anang Ramli di Bati-Bati.

 

Pada 1990, Guru Mahmud hijrah ke Palangka Raya dan mendirikan Pondok Pesantren Sunan Jati. Lima tahun kemudian, beliau mulai mengajarkan ilmu yang diperoleh dari Muallim Syukur. Ilmu tersebut terbukti bermanfaat bagi banyak orang, mendorong Guru Mahmud untuk menuliskannya dalam kitab berjudul Simpanan Berharga. Kitab ini diterima luas oleh para penuntut ilmu, sehingga beliau sering diundang mengajar di berbagai daerah, terutama di Kalimantan.

 

Selain Simpanan Berharga, Guru Mahmud juga menulis beberapa kitab lain, seperti Sarantang-Saruntung, Waja Sampai Kaputing, dan Kayuh Baimbai.

 

 

AR